Brandalan yang saya maksud disini bukanlah mereka yang tak beretika, amoral, dan merugikan orang lain. Melainkan mereka yang "gaul", dimana orang lain menilai mereka hidup hanya untuk "bersosialisasi" saja. Padahal mereka juga turut berkarya dan berpengaruh positif bagi orang lain.
Banyak orang berpandangan bahwa "orang baik" ialah mereka yang tidak banyak omong, pintar, religius, santun, dan cenderung menyendiri. Benar sekali, mereka adalah orang yang baik. Namun, berdasarkan logika saya, orang baik macam itu agak menjadi masalah sekarang. Orang-orang baik itu hanya sebatas bermanfaat bagi dirinya sendiri saja.
Saya justru lebih senang orang brandal, tapi positif, yang tadi saya bilang sebagai orang yang kerjanya "bersosialisasi saja". Misalkan pada mahasiswa, mereka kuliah biasa-biasa saja dan tak menonjol, lebih terlihat di dunia organisasi dan sering 'mejeng' seperti kekanak-kanakan. Padahal mereka bisa seperti itu karena mereka itu dewasa, bisa mengatur waktu, menyusun prioritas, dan membedakan baik dan buruk.
Orang-orang seperti itu justru akan lebih beruntung. Ibaratnya, siapa yang tidak senang dengan anak-anak?. Namun anak-anak itu banyak bermanfaat bagi sekitarnya.
Salah satu manfaat menjadi orang "gaul" tadi adalah bagi anak-anak mereka nanti. Kita sadar, anak-anak jaman sekarang lebih banyak bersosialisasi dan menyerap dari luar. Tapi tidak ada alasan bagi orang tua untuk sulit menjaga anaknya yang mau tak mau harus lebih banya di luar.
Orang tua "gaul" akan lebih mudah menjaga anaknya. Anak akan menjadi merasa tidak terbatas dekat dengan orang tuanya. Ia akan lebih mudah nurut dengan orang tuanya karena Ia akan sadar bahwa orang tuanya juga melewati hal yang sama dengan yang sedang Ia lewati saat itu. Sehingga menghindarkan mereka lebih berat kepada pengaruh dunia luar yang cenderung menyesatkan.
Saat anak justru dimarahi, mereka bukannya akan takut. Akses mereka untuk ke luar saat ini lebih mudah. Seperti contoh, saat anak ketahuan menonton konten porno jangan kita marahi. Memarahi hanya akan mendorongnya mencari cara tak ketahuan. Terutama untuk ibu, justru temani dia mengeksplorasi hal tersebut, dan beritahu apa maksud dari apa yang ditontonnya 'itu' secara wajar. Tentu secara baik-baik bilang bahwa itu bukan porsinya saat ini dan apa akibatnya jika tidak dia berlaku seperti yang ada dalam konten porno tersebut. Suatu hari Ia kian mandiri, memorinya tersebut akan menurunkan hormon-hormon saat Ia mau mengakses konten porno tersebut, Ia akan berkata, "wah, dulu ada beliau yang justru merangkulku saat aku salah dan meluruskan jalanku."