8/18/12

No Offense untuk Putaran Kedua

diambil dari cover fb-nya Pak Ahok, pinjem ya pak hehe...

Ternyata softskill itu bukan sekedar caramu berpakaian atau berbicara di depan umum. Lebih dari itu semua, softskill mencakup cara berfikir seseorang sehingga dapat membuat pertunjukkan diri yang align dari kulit sampai bijinya. Kulit bibir yang berjanji sudah tidak aneh tidak semulus bentuk bijinya, sudah lama nge-trend di kalangan usahawan, usaha jadi pejabat dan usaha jualan barang dan jasa.
Pada suatu acara berita interaktif dimana seorang penelepon yang mengaku pengamen jalanan menyatakan mendukung 'si ahli tata kota' karena sudah kuliah di Jerman. Sedangkan rivalnya hanya lulusan dalam negeri untuk mengelola hutan. Tapi nyatanya? Ahli hutan yang notabene hutan penuh binatang bisa berlaku manusiawi pada PKL, bagaimana dengan si ahli tata kota? Menggerus PKL layaknya menebang hutan. Iklan si ahli tata kota juga lucu, dimana seorang ibu berterima kasih atas kepemimpinannya dia dapat berobat gratis namun latar shooting-nya masih kawasan kumuh.

Indonesia butuh Pemimpin bertipe Wirausaha

Ya gak? Waktu pertama Indonesia merdeka, benar kita butuh pemimpin yang bisa membangun diplomasi dan bangunan megah serta menggarangkan militer, dan terbukti itulah Ir. Soekarno dan Soeharto. Hari ini, sayangnya kita tidak lagi menjual citra bangsa dengan militer yang kuat, diplomasi yang bersemangat, atau bangunan yang megah. Melainkan jualan barang, jasa, atau teknologi. Masyarakat kita sadar untuk hidup mandiri, dengan kata lain masyarakat sadar Indonesia harus memiliki banyak wirausaha. Kenapa? Pertama, untuk menjadi negara maju jumlah wirausaha harus mencapau 2,5 persen. Kedua, rakyat bosan dengan harga ini-itu yang naik melulu dan harus impor, dengan banyaknya wirausaha mengartikan berbagai komoditas bisa didapat lebih murah dari dalam negeri. Ketiga, mental wirausaha menjaga hubungan baik dengan pelanggannya dengan keramahan dan respon cepat.
Jokowi, oke deh sekarang disebut mereknya, waktu jadi walikota Solo tetap makan dari jualan. Bayangkan kalau PNS di kelurahan, kecamatan, dan dinas-dinas yang melayani publik bisa bertingkah seperti teller dan customer service di bank. Selain ramah, juga selalu berusaha problem solving saat itu juga.

Solutif!

Impressed banget waktu nonton video-video di channel youtube ahokbtp. Terutama saat denger solusinya ahok di Komisi II DPR soal Pemilihan Umum. "Jakarta Baru The Movie" lebih impressive saat nunjukin konsep super blok itu. Itu baru namanya pempimpin yang solutif. Ntar nonton aja ya sendiri :P

Jalan Kaki

Terakhir, satu ungkapan untuk yang telah menjadi 'ahlinya' Jakarta 5 tahun kemarin. Entah tujuannya memotivasi seorang anak untuk lebih fight atau memang tidak mau memperhatikan. Kau kemanakan trotoar di Jakarta? Kenapa kau lebih paksa kami naik mobil dan motor? Apa jalan layang non-tol itu bisa kami lewati tanpa asap hanya dengan sepatu atau sendal?

8/10/12

Belajar dari Kantor

What an experience!... Pilihanku untuk pulang paling awal dari temen-temen di Surabaya awalnya menyisakan keraguan, keraguan atas tanggung jawab baru sebagai pembantu Febri dan Yoga untuk pegang pos Riset dan Teknologi di BEM FTIf ITS. It's a lost of opportunity cost, sederet program pemenangan ITS untuk GEMASTIK 5 di kampus rival harus ditangani BEM FTIf bagai belum menunjuk Manager RTD. Jika menunda pulang, rasa salah menyerang dengan tanya mengapa aku lebih mentingin organisasi daripada keluarga. Namun, dilema sebaliknya terasa saat aku sudah di Jakarta.
Hari-hari yang menyenangkan, menyebalkan, dan membosankan aku lewati di Jakarta dengan satu keyakinan, keluarga. Sampai hingga suatu hari saudaraku sejak SMA, Fino Nurcahyo, menawarkan sebuah kesempatan yang kecil namun tidak bisa didapatkan tanpa kesadaran dan pengorbanan, yaitu magang. Dia minta CV aku, ya aku kirim. Seminggu kemudian, kami harus bertemu orang yang akan menerima magang, Presiden Direkturnya sendiri. Padahal kukira hanya manager IT dari sebuah perusahaan.
Pandangan presdir ini jelas helicopter view, Ia ingin kami mempelajari IT secara menyeluruh. Sayangnya kami hanya dapat waktu sebulan sesuai lama liburan. Dimulai dari belajar jaringan, sedikit server termasuk AS/400, diakhiri dengan hub operations dan workshop hardware komunikasi.
_________________________________________________________________________________
Hari pertama, hari yang tidak akan pernah Fino dan aku lupakan. Paginya kami dikenalkan dengan pembimbing dan tim sampai diberikan meja kerja. Namun, yang terjadi hampir seharian kami hanya duduk-duduk saja, sampai aku tertidur dan dibangunkan seorang bapak-bapak ._. Oke, mau gak mau gini caranya kita perlu strategi, masa mau besok terulang hal yang sama. Siangnya, ngobrol sama pembimbing, sayangnya dia masih bingung mau ngasih kita kerjaan apa. Tapi, hari itu ada training produk baru, jadi kita disuruh ikut aja. Yah, selama di training gak ngerti apa-apa. Pertama, di kuliah gak ada ilmu hardware, dan kedua, yang ngisi training orang Jepang berbahasa Inggris ._. Pas break training, orang Jepang tersebut ngajak kita ngobrol karena tau kita interns. Pertanyaannya standar tapi ada yang agak susah dijawab, "Kenapa pilih belajar IT?", ya aku jawab emang ini passionku sejak SMA. Dia ngasih kartu nama dan bilang, "If you want to work in Japan, just send me email". Aku bingung itu dia serius apa cuman basa-basi.
_________________________________________________________________________________
Masuk hari berikutnya, pembimbing masih bingung mau nyuruh kita apa. Sampa seorang temannya bilang ada router rusak di gudang. Seakan melihat secerca harapan setidaknya aku bisa makan, ilmu tentunya. Pepatah memang benar, tantangan itu kembar siam-nya peluang. Kita lupa syntax-syntax yang pernah dipraktekin di DMJ, antara lupa atau pas praktikum memang gak pernah fokus, akui saja. Kembali membuat kami mengingat, alias belajar lagi, dari mulai subnetting sampai routing. Hanya dengan 3 router saja, 2 subnet, routing-nya seharian ._.
Dua minggu sudah bolak-balik mainan router, diajaklah kami ke customer, sebuah manufaktur mobil. Pemandangan disana cukup ramai dan sibuk, maklum perusahaan Jepang. Walapun kerjaan kami cuman cabut dan colok kabel disana, plus foto-foto juga, ternyata case wasn't closed on that day.
Rasanya belajar network sudah cukup, karena pembimbing bingung kita mau disuruh pelajarin apa lagi. Fino dan aku sepakat saatnya kita laporan ke pak presdir dan tanya harus kemana lagi. Jawabanya, hub operation. Sebuah unit kerja semacam helpdesk untuk jaringan antena bagi berbagai perusahaan yang gak mungkin ditarikin kabel ketempatnya, seperti tambang, kebun, termasuk ATM yang bertebaran. Jujur, selama belajar satelit dan antena susah banget nyambungnya sampe bingung sekarang gimana ceritanya. Termasuk waktu itu kami ikut teknisi yang melakukan pointing VSAT untuk sebuah ATM. Ada sebuah proses yang disebut crosspole dimana membutuhkan petunjuk telkom, sudah seharian menunggu, namun pihak telkom selalu menunda, tidur di atas ruko menikmati terik matahari, dan ... ._.
Magang pun berakhir, kami kembali menemui pak presdir. Inilah saat kami berterima kasih atas kesempatan yang telah Ia berikan. Digajikah kita? Iya, tapi kami menolak. Orang tuaku langsung bilang "harusnya terima aja..." padahal waktu personalia tanya rekening kita waktu itu, kita langsung bilang kami tidak merasa berkontribusi bagi perusahaan, tujuan kami hanya belajar. Memang tidak apa-apa menerima uang itu, tapi aku yakin akan menyisakan rasa sesak di dada, karena menyiakan idealisme yang hanya ada bagi mahasiswa.
Pak presdir kami, dia orang Tionghoa alias Cina. Namun, dia baru bisa berbahasa Mandarin setelah bekerja, bahkan dia seorang mantan PNS. Dulu, waktu masih jadi pegawai administrasi pengurusan STNK, sering diejek karena nyambi kuliah. Nyatanya, kini dia adalah pejabat penting di 3 perusahaan Salim Group. "Ya emang udah Cina, terus mau gimana lagi..." ucapnya setelah menceritakan masa kecilnya tidak berbeda dengan anak pribumi yang suka main di sawah dan kali.