2/23/13

Saatnya Move On!

Akhirnya aku berhasil move on, aku menemukan yang baru.Ku harap dia akan memberikanku pelajaran-pelajaran baru.Selamat datang, my brand new soulmate....


adhik9210.web.id akan ku gunakan untuk sharing pandangan pribadi, bisa untuk materi konsep di kampus atau kopi hangat di publik.
Selanjutnya blog ini akan aku gunakan untuk berbagi tutorial, apa saja.

2/7/13

Bicara Cara Bicara

Libur-libur semester kemarin, ada whatsapp masuk dari Isti anak KIR 54, aku kira undangan untuk dateng KIRSPY (pelesiran cerdas a.k.a study tour), ternyata undangan buat sharing sebagai trainer di LDKS-nya SMA Negeri 54 Jakarta. Aku terima, Alhamdulillah walaupun namanya kerja tapi bikin liburan jadi gak garing. Awalnya aku kira bakal ngisi materi leadership, tapi pas ketemu Rafly, Kombid V MPK 54 2012/2013 sekaligus Ketua Pelaksananya, ternyata aku diminta sharing tentang Public Speaking. Sempat bolak-balik diundur sampe jadinya dipenghujung liburku.
Berangkat dari Jakarta bareng rombongan yang pakai tronton, sedangkan aku ditemani Zahra, Fathur, dan Vega bawa mobil sendiri biar bisa pulang duluan abis ngisi materi. Alhamdulillah sampai villa di Ciloto - Puncak, Jawa Barat dengan perjalanan yang cukup lancar. Aku buka sesi sharing malam itu dengan Bendera dari Cokelat, mencoba membuka kembali aura relaksasi mereka di malam yang dingin setelah perjalanan dengan berdesak-desakan di mobil militer. Senam relaksasi a la Prof. Eko Indrajit - coach-ku waktu APICTA 2012 di Brunei - pun aku coba. Okay, nyok bahas materinya, pakai kemeja merah muda, and... the shows up!

Personalize Yourself & Speak Up!

Tidak perlu bawa literatur tentang Leadership, kita semua setuju bahwa pemimpin besar hanyalah mereka yang membangunnya dengan kemampuan komunikasi yang kuat. Komunikasi sendiri memiliki arti to share dan to put in common. Definisi komunikasi yang dirilis di wikipedia tersebut bermakna bahwa komunikasi adalah sebuah proses yang menguntungkan subjek dan objeknya. "To share" memiliki perspektif orientasi kepada orang lain untuk mendapatkan sesuatu, sedangkan "to put in common" memiliki perspektif terhadap pemikiran subjek agar laku di lingkungannya.

Anxiety vs. Benefits

Namun, seluhur-luhurnya makna dari komunikasi dalam hal ini Public Speaking, ternyata bukan hal yang mudah dilakukan bagi banyak orang. Sebuah survei nasional di AS membuktikan bahwa banyak orang yang lebih baik mati dari pada harus bicara di depan umum. Ternyata diantara peserta LDKS sudah sadar bahwa public speaking tidak sepaputnya ditakuti. Satu-persatu dari mereka menjawab manfaat public speaking untuk: meningkatkan percaya diri, membangun kepemimpinan/pengaruh, membuka peluang, menciptakan solusi, membangun jaringan sosial, menghasilkan uang, dsb. Kenapa? Mudah-mudahan terjawab di bagian penutup ya...
Namanya juga pemimpin, pasti jumlahnya lebih sedikit daripada pengikutnya. Tinggal pilih mau jadi yang mayoritas dengan kemampuan komunikasi yang biasa-biasa saja dan kadang menghindar, atau minoritas yaitu pemimpin yang berani ambil resiko untuk salah dan terus menambah jam terbang. Menurut survei oleh Nancy Duarte bahwa 86,1% jajaran eksekutif percaya bahwa kemampuan komunikasi yang kuat berdampak pada kesusesan mereka, secara langsung!

Learning from Soccer

Jika, diibaratkan sebagai pertandingan sepak bola, apa sih yang diharapkan oleh para supporter? Gol! bukan? Tujuan dari public speaking itu bisa kita ibaratkan sebagai permainan sepak bola, dimana supporter tadi adalah audience-nya.
Kita urai dulu elemen-elemen dari permainan sepak bola ini. Pertama, ada bola yang merupakan pesan dari pembicaraan. Lalu terdapat gawang yang merupakan pikiran (mind) dari audience, namun dijaga oleh seorang kiper yang merupakan rejection-nya seperti "siapa sih yang bicara ini?", "gak mudeng ngomong apa itu", "sudah mainstream materinya", dsb. Nah, kita sebagai pencetak gol atau kicker bertugas membobol gawang kiper, toh!

Be Over-Prepared!

Mungkin gak sebuah tim sepak bola akan mencetak gol bahkan kemenangan, tapi pemainnya gak terlalu ngerti sepak bola itu sendiri? atau bermain hanya dengan strategi yang biasa saja? atau jarang latihan? Gak mungkin kan... Sepeti itulah mempersiapkan sebuah public speaking.
  • Pengetahuan yang luas, hubungkan dengan banyak aspek yang lebih umum.
  • Gunakan kata-kata yang provokatif, yang membangkitkan semangat.
  • Latihan! Latihan!, kalau yang ini jelas sudah tidak bisa ditawar lagi.
  • Siapkan rencana-rencana pengganti.

Message-centric

Namanya permainan sepak bola yang selalu diperhatikan dan kejar bolanya kan? Nah, bola kan pesan dalam pembicaraan. So, gimana caranya mencetak gol itu sendiri? gini nih...
  • Buat struktur dari ide-ide yang ingin dibawakan.
  • Sampaikan lebih banyak fakta daripada opini pribadi, buktikan opini dengan fakta.

Who is your Audience?

Selama ini industri olahraga sepak bola hidup karena penggemar atau fans yang begitu antusias, begitu pula setiap tim berarti hidup dari fans mereka di tribun dan depan layar setiap bermain. So, your Fans is all about, please Concern about them. Caranya...
  • Jadilah teman bagi mereka, sebagai teman kita akan ketahui apa yang mereka harapkan.
  • Sapa, bangun semangat yang sama agar persepsi ikut sama.
  • Terbuka, biarkan orang tahu banyak tentang kita.

Last but not least...

Itulah mengapa judul sharing ini adalah "Personalize Yourself & Speak Up!", karena public speaker yang baik adalah mereka yang memiliki kepribadian yang baik. Memang tidak dibahas banyak tentang teknis berbicara yang disini, karena mental dan kemauan tidak bisa direkayasa. Kesuksesan dimana-mana juga hanya datang bagi mereka yang berani ambil resiko dan mau berusaha.

Menunggu fajar menyingsing, barulah kami kembali ke Jakarta meninggalkan teman-teman yang masih semangat untuk LDKS. Terima Kasih kepada MPK-OSIS-Ekstrakulikuler SMA Negeri 54 Jakarta serta Guru Pembina atas kesempatan yang telah kalian berikan. Maju terus generasi JKT54 :D
ye ye ye
la la la

1/12/13

Resensi buku "Paradox Marketing"

Pemuda-pemudi Indonesia kini sudah dicekoki fakta bahwa 2,5% penduduk Indonesia jadi pengusaha, maka negara ini akan kaya dan mudah-mudahan makmur. Sehingga pertumbuhan start-up akhir-akhir ini cukup subur. So, ada peluang dimanfaatkan, pasti ada tantangan melintang.
Inilah yang coba Arief Yahya (AY) kemukakan dalam bukunya yang berjudul "Paradox Marketing: Unusual Way to Win". CEO Telekomunikasi Indonesia ini menjawab tantangan bisnis yang semakin dinamis saat ini, terutama menghadapi konsumen sebagai "target bergerak". Pertama, marketing itu bagaikan lokomotif sebuah perusahaan. Kedua, kepuasan konsumen sebagai bahan bakarnya ditentukan jika kebutuhannya dipenuhi. Bicara apa kebutuhan konsumen ini sangat abstrak.
Awalnya kita hanya mengenal 4P - product, place, promotion, place. Sekarang sudah jadi 8P - bertambah people, physical evidence, process, dan Purple Cow. Perkembangan teori inilah yang membuktikan bahwa marketing itu target bergerak, begitulah salah satu filosofi Paradox Marketing.
Salah satu dampak dari revolusi digital adalah Transparansi Dunia. Masih ingat saat Honda melakukan recall Jazz, Freed, dan City karena mereka sadar mobil-mobil tersebut ternyata mengandung cacat? Secara keuangan dan banyak hal mereka secara logika pasti rugi, tapi bayangkan jika Honda tidak melakukan recall? Konsumennya pasti akan kecewa dan inovasi apapun dari Honda kedepannya akan sia-sia.
Sebenarnya Paradox Marketing bukanlah sesuatu yang baru. AY menghimpun cerita dan pengalaman, di Telkom dan perusahaan lain, hingga menjadi sebuah konsep baru. Itulah Paradox Marketing, dengan bahasa yang mudah dimengerti, seperti "me-Retail-kan Wholesale" dimana yang kita tahu wholesale adalah lawannya retail. Buku ini tidak membiarkan Anda membuat tafsir sendiri, AY begitu jelas menggambarkan setiap inci dari Paradox Marketing.
Saya seorang mahasiswa S1, belum punya bisnis, geeks, dan saya mengerti isi buku ini. So, jangan takut kalau buku ini terlalu 'berat'.

1/2/13

Back to 2012

Langsung aja deh..
Jujur, 2012 adalah Tahun Terbaik saya, sejauh ini. Alhamdulillah...

Bener apa yang pernah ditweet sama ekajn, "Semester 5 ini kayak film-nya james bond, Rise & Fall", kurang lebih gitu. Menurutku sih gak cuman setengah tahun terakhir aja, tapi setengah diawalnya juga. Kenapa? Lanjutin baca ini makanya :D

Bener juga kata si #nanda, "adhika iku mek perform pas semester genap tok, c*k" :D

Awal 2012 ditawarin Inge buat jadi ketua pelaksana FTIf Festival. Seneng sih, pertama nambah pengalaman, kedua nambah temen, ketiga gak nyangka dipercaya buat pegang amanah itu. Padahal kalau liat konten acaranya: seneng-seneng, dari mulai olah raga dan lomba PES-DotA. You know? Otak kananku itu mati alias susah seneng-seneng, dan aku gak bisa olah raga bahkan di komputer sekalipun. Alhasil, didukung kondisi organisasi saat itu yang lumayan lesu, acara ini sukses-sukses-gagal, dan di lapangan Inge lah yang tetap peras tulang banting keringat. Bukan kenal sama acaranya, malah ngerti sama kondisi organisasinya.

Sebenarnya PKM-ku gak lolos didanai, tapi aku bisa duduk di depan reviewer saat monev. Kenapa? Ada satu tim yang sangat luar biasa orang-orangnya, harus menggantikan satu anggotanya karena ybs tergabung di 5 PKM didanai sekaligus, gantinya ditunjuk aku. Kapan sih adhika gak bilang "Ya", kecuali waktu daftar LKMM-TD hehe. Satu tim itu isinya senior 2008 (aku 2010) dengan prestasi akademik yang diatas rata-rata, pengalaman organisasinya segudang, karyanya macem-macem. Inilah saat aku menemukan sosok kakak, selama di SI atau mungkin sejauh ini, maklum anak pertama bahkan cucu pertama. Blog post.

Akhirnya bisa bangga juga, jadi salah satu finalis di Kompetisi Karya Tulis tingkat Nasional. Termpanya di UNS Surakarta, Alhamdulillah sempet ke Solo juga akhirnya. Ternyata gitu ya deg-deg-an dan susahnya presentasi lomba. Walaupun gak menang, bangga banget sudah bisa mewakili almamater dan motivasi buat bisa ikut dan menang di lomba-lomba lainnya. Jalan-jalan di Solo deh hadianya hehehe. Blog post.

Liburan semester rencananya mau cari les networking, tapi gak ketemu. Tepatnya gak ketemu yang murah hehehe. Fino pun ngajak magang aja daripada liburan gak jelas mulu. Eh, ternyata magangnya dapet yang bagian network. Bukannya magang, di kantor malah yang ada belajar lagi. Jadi gratis deh les-nya hehehe. Oh ya, ternyata gak enak lho harus bangun pagi dan pulang sore mengarungi macet. Beban kerja belum ada aja gak enak, makanya hargai orang tua kalian ya... Blog post.

Lagi-lagi gak lolos ke sebuah lomba, tapi ikut lombanya. Kali ini di GeMasTIK V yang diselenggarakan di ITB, dipercaya sama Pak Bandung dkk buat bantu sebagai Official ITS for GeMasTIK V. Jalan-jalan lagee, ke Bandung. Bener-bener termotivasi buat jadi yang dilayani official di GeMasTIK VI nanti. Jadi kenal sama bapak-bapak di ITS juga, terutama dari Kemahasiswaan, sampe bisa dapet private lunch bareng Pak wakil rektor :) Ternyata ini hikmah dari nerima amanah dari BEM FTIf buat jadi Manager of Research & TechDev.

Last but not least. APICTA, baru post sebelum ini kok. Baca sendiri aja ya hehehe.

Dua tweet menggambarkan 2012-ku:
  • memenuhi passion disaat byk kerjaan yg bkn passion adlh tantangan, yg membuat pekerjaan lain justru berhasil & hidup jd lbh berwarna :)
  • byk hidup orang kacau & kehilangan byk hal krn Ia menyampingkn idealisme & passionnya, saat Ia mulai tergoda oleh orientasi kuantitatif.

12/6/12

Terima Kasih, APICTA...

Ini adalah cerita tentang pertarungan sengit antara jiwa, logika, dan nurani.

Disclaimer, my vision is to share almost of my life to each other needed (I'm sorry, actually my English isn't fluent enough :D ). For years, I've spend my teenager & adult life to make it happen. Until one day, someone that I just know him (not very close enough), ask for help. He just ask me to translate his paper form Bahasa into English. There is Google Translate, i used it to help me work faster, okay, case closed. *deng deng, sekarang Indonesia-an aja deh hehe* Ternyata itu adalah sebuah formulir pendaftaran Asia-Pacific ICT Alliance APICTA Award 2012 yang akan diselenggarakan di Brunei Darusallam. Hmmmm, Brunei... Sebenarnya kurang menarik sih, tapi gak ngejar tempat sih, yang penting bisa bantuin anak ini, M. Rizky Habibi anak Teknik Informatika ITS angkatan 2011.
Habibi punya sebuah karya yang udah dia kembangin sejak SMA. Karyanya udah tembus jadi finalis di Indonesia ICT Award INAICTA 2012, jadilah Habibi dan karyanya itu ditunjuk sebagai salah satu delegasi Indonesia oleh Asosiasi Piranti Lunak dan Telematika Indonesia (ASPILUKI). Untuk ke APICTA, Habibi gak cuman ngajak aku lewat facebook chat (via ditawari Ira - Sekretaris Departemen RisTek HM Teknik Informatika ITS), tapi ada juga Uthe alias Aditya Brahmana, Teknik Informatika ITS angkatan 2011, yang sudah meraih gelar Runner-up di e-ICON 2012 Korea. Aku, cuman Finalis Karya Tulis tingkat Nasional --"
Setelah pendaftaran itu, seperti biasa aku selalu mau tumpuk kerjaan buat di sortir mana yang dikerjain duluan, salah satunya jelas presentasi buat karyanya Habibi ini, MonoClone. Tapi sayang, cukup sulit cari waktu buat kita saling kumpul dan diskusi. Sebenernya jadi bingung sendiri aja, apa mungkin persiapan untuk kompetisi tingkat internasional gini bisa mepet-mepet. Tapi ya... udah kebiasaan kali.
*dingdong* Sebuah email forward-an masuk dari Habibi, isinya: Undangan Boot-Camp di Jakarta. Setelah ada undangan itulah baru kita berhasil ketemu. Intinya, Boot-Camp yang H-30 APICTA itu adalah kerja pertama ku untuk MonoClone. Padahal, di boot-camp kita di-coaching sama petinggi-petinggi IT-nya Indonesia, nanti aku bakal sebutin siapa aja mereka. Kejepit nih, memperlihatkan keraguan tentang ITS di depan para petinggi itu dan peserta (nominator/delegasi) lain, yaitu para pelajar, mahasiswa dari PT lain, dan profesional IT. Keraguan bagiku untuk meneruskan bantuan ini pun mulai dipertanyakan oleh logika, "Are you sure, Dhika?". For while, aku bahkan Gak Yakin. Sempet berpikir kenapa aku yang harus berada di dilematisasi ini *lebay*. Harus ninggalin kuliah dan organisasi dan ngeluarin biaya boot-camp berikut kompetisi untuk sebuah tim dan karya yang sebenernya gak siap. Tapi itu hanya pikiran awal, ada bisikan "Dhika, inget niat lo di awal. Gini ya, lo berangkat dan gagal, nilai lo 50, tapi kalo lo mundur nilai lo 0!". Ketua Jurusan Teknik Informatika ITS juga sudah support supaya kita berangkat ke Jakarta, show must go on!.
Sepulang dari Jakarta, aku kira aku bakal fokus sama APICTA, ternyata gak berubah. Kita sama-sama sibuk ngurusin diri sendiri. Bahkan ketemunya baru di stasiun mau ke Jakarta lagi buat ke Brunei. H-1 keberangkatan, baru nyelesaikan 80% presentasi. Sampai di Bandar Seri Begawan, ternyata MonoClone dapat giliran presentasi hari Selasa. Untuk sebuah 20 menit yang menentukan, sejak Sabtu Alhamdulillah masih dapat 3 kali latihan presentasi seadanya. Optimis, berkat semangat dari banyak temen-temen dan terutama apresiasi dari para coach. Alhasil, waktu presentasi tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan, juri-juri cukup friendly, semua jawaban bisa kita jawab. Gak menang, tapi aku tetep sangat puas. Alhamdulillah...
Oke, aku mau berterima kasih sama para coach yang sangat luar biasa. Mau bantu dari mulai nyiapin presentasi berikut mental kita sampe beliin makan. Mereka adalah Pak Didik Pratono Rudianto, Pak Richard Kartawijaya, Pak Hidayat, Pak Bob, Prof. Eko Indrajit, Bu Carlia W., Bu Sylvia Sumarlin, Pak Teddy Sukardi, Pak Didik Sunardi, dan Pak Ifik. Mereka inilah yang aku sebut sebagai petinggi IT Indonesia. Aku juga terima kasih buat rekan-rekan peseta yang sudah saling support, yaitu: Pak Gildas, Pak Ronald Widjaja, Pak Edwin Yudayana, Pak Soegianto, Pak Natali Adrianto, dan semua temen-temen dari UGM, UI, UNIKOM, dan IT Telkom. Bangga banget bisa ketemu kalian semua, guys... *maaf kalo ada yang belum kesebut, maksudnya cuman lupa pas nulis*
Banyak hadiah buat aku sendiri sih dari selain winner atau merit. Pertama, belajar bahwa sampai kapanpun keberuntungan adalah hasil dari baiknya proses persiapan. Kedua, menemukan miniatur dari mengelola SDM di real IT project. Ketiga, ketemu orang-orang hebat di bidang IT tingkat internasional, termasuk creator & dubber "opa" di Upin Ipin. Keempat, semakin mematangkan jiwa. Alhamdulillah...

Terima Kasih, APICTA...
Terima Kasih, Indonesia :)


10/8/12

Pengaderan out-of-the-box

Setiap pulang ke Jakarta, mesti saya nemenin si dia ke kampusnya seenggaknya sekali. Sebuah kampus yang patut jadi model pembelajaran etika sejak mahasiswa baru atau maba. Bis-bis kuning yang disediakan untuk shuttle di lingkungan kampus berisi anak-anak sopan yang selalu berterima kasih kepada supirnya setiap kali mau turun.
Cuman itu? Gak... Hanya ada 2 tujuan setiap selesai sesi kelas bagi mereka, ruang baca atau laboratorium. Ngapain? yang jelas bukan untuk meniru pekerjaan tugas kuliah temannya. Kalau memang tidak bisa, mereka akan menggunakan mata berikut telinganya, maksudnya mereka ingin mendengar terlebih dahulu penjelasannya bukan sekedar melihat lalu mengerjakan ulang.
Pertanyaannya, Siapa yang mengajari? Seniornya. Bagaimana caranya? tidak pernah diketahui tapi dilakukan. Sebenarnya sederhana, seniornya menjadi tauladan atau contoh tanpa memberi tahu juniornya. Tidak ada kegiatan rutin hingga satu semester apalagi satu tahun untuk rutin mengumpulkan mahasiswa baru, mereka menggunakan waktu lain tersebut untuk hal-hal yang lebih produktif. Pada individualis dong? Anehnya gak tuh, masih saja banyak yang bersedia memberikan tumpangan walaupun sebelumnya belum pernah mengobrol.
Kenapa di sebuah kampus lain menyapa senior saja jadi aturan, dan masih banyak yang gak nurut? Aturannya sudah bagus, metodenya yang dibuat terlalu sederhana. Kenapa tidak senior duluan yang menyapa? Saya yakin mereka akan membiasakan diri untuk menyapa seniornya dan siapa saja di kampus tanpa perlu dievaluasi, karena mereka merasa itulah budayanya. Maba atau siapapun pasti malu untuk pergi hedon di jam kuliah, jika seniornya, apalagi yang aktivis, pergi ke ruang baca atau lab. Siapapun tidak berani mencontoh pekerjaan temannya, bahkan berusaha untuk kreatif, jika tidak ada kasus plagiarisme diantara tugas-tugas seniornya.
Tanpa menyalahkan sistem yang kini sudah berlaku apapun itu, tapi kuncinya adalah tauladan. Pengaderan secara istilah berarti proses mencetak kader. Apapun yang terkandung dalam pengaderan akan terkandung pada kader itu nantinya. Oh ya, kenapa jarang yang datang tiap rapat pengaderan padahal semuanya diharepin dateng? mungkin sistem atau konsep yang sudah ada itu sudah tidak fit lagi dengan trend dan kebutuhan atau ekpektasi mereka yang tidak datang. Mungkin...
Seniornya menghampiri supir bis sebelum turun dan mengucapkan terima kasih, juniornya mengikuti. Seniornya pasti ada di ruang baca atau lab setiap usai kelas, juniornya mengikuti. Sebenarnya itu sederhana.

8/18/12

No Offense untuk Putaran Kedua

diambil dari cover fb-nya Pak Ahok, pinjem ya pak hehe...

Ternyata softskill itu bukan sekedar caramu berpakaian atau berbicara di depan umum. Lebih dari itu semua, softskill mencakup cara berfikir seseorang sehingga dapat membuat pertunjukkan diri yang align dari kulit sampai bijinya. Kulit bibir yang berjanji sudah tidak aneh tidak semulus bentuk bijinya, sudah lama nge-trend di kalangan usahawan, usaha jadi pejabat dan usaha jualan barang dan jasa.
Pada suatu acara berita interaktif dimana seorang penelepon yang mengaku pengamen jalanan menyatakan mendukung 'si ahli tata kota' karena sudah kuliah di Jerman. Sedangkan rivalnya hanya lulusan dalam negeri untuk mengelola hutan. Tapi nyatanya? Ahli hutan yang notabene hutan penuh binatang bisa berlaku manusiawi pada PKL, bagaimana dengan si ahli tata kota? Menggerus PKL layaknya menebang hutan. Iklan si ahli tata kota juga lucu, dimana seorang ibu berterima kasih atas kepemimpinannya dia dapat berobat gratis namun latar shooting-nya masih kawasan kumuh.

Indonesia butuh Pemimpin bertipe Wirausaha

Ya gak? Waktu pertama Indonesia merdeka, benar kita butuh pemimpin yang bisa membangun diplomasi dan bangunan megah serta menggarangkan militer, dan terbukti itulah Ir. Soekarno dan Soeharto. Hari ini, sayangnya kita tidak lagi menjual citra bangsa dengan militer yang kuat, diplomasi yang bersemangat, atau bangunan yang megah. Melainkan jualan barang, jasa, atau teknologi. Masyarakat kita sadar untuk hidup mandiri, dengan kata lain masyarakat sadar Indonesia harus memiliki banyak wirausaha. Kenapa? Pertama, untuk menjadi negara maju jumlah wirausaha harus mencapau 2,5 persen. Kedua, rakyat bosan dengan harga ini-itu yang naik melulu dan harus impor, dengan banyaknya wirausaha mengartikan berbagai komoditas bisa didapat lebih murah dari dalam negeri. Ketiga, mental wirausaha menjaga hubungan baik dengan pelanggannya dengan keramahan dan respon cepat.
Jokowi, oke deh sekarang disebut mereknya, waktu jadi walikota Solo tetap makan dari jualan. Bayangkan kalau PNS di kelurahan, kecamatan, dan dinas-dinas yang melayani publik bisa bertingkah seperti teller dan customer service di bank. Selain ramah, juga selalu berusaha problem solving saat itu juga.

Solutif!

Impressed banget waktu nonton video-video di channel youtube ahokbtp. Terutama saat denger solusinya ahok di Komisi II DPR soal Pemilihan Umum. "Jakarta Baru The Movie" lebih impressive saat nunjukin konsep super blok itu. Itu baru namanya pempimpin yang solutif. Ntar nonton aja ya sendiri :P

Jalan Kaki

Terakhir, satu ungkapan untuk yang telah menjadi 'ahlinya' Jakarta 5 tahun kemarin. Entah tujuannya memotivasi seorang anak untuk lebih fight atau memang tidak mau memperhatikan. Kau kemanakan trotoar di Jakarta? Kenapa kau lebih paksa kami naik mobil dan motor? Apa jalan layang non-tol itu bisa kami lewati tanpa asap hanya dengan sepatu atau sendal?