Pagi awal semester 2 ini lagi-lagi diceramahi tentang softskill. Kalau dulu dari jurusan, kali ini langsung dari pihak ITS pusat. Sebuah pertemuan yang diadakan BEM ITS untuk sosialisai SKEM, satuan kegiatan ekstrakulikuler mahasiswa.
SKEM adalah sebuah progam ITS untuk meningkatkan dan mengapresiasi kegiatan mahasiswa yang positif di luar perkuliahan formal. Setiap kegiatan ekstra yang dilaksanakan selama aktif menjadi seorang mahasiswa, mereka mendapatkan poin SKEM tertentu dengan menunjukkan bukti partisipasi (sertifikat atau surat tugas). ITS sendiri menjadikan 1000 poin SKEM sebagai syarat sah diwisudanya S1, sedangkan untuk D3 sejumlah 750.
Soft-skill & Hard-skill, who are they?
Soft-skill & Hard-skill, who are they?
Soft-skill adalah segala bentuk kompetensi yang mengarah kepada kepribadian, attitude, dan kesehatan pola berpikir. Contoh dari soft-skill diantaranya kepemimpinan dan mempengaruhi, mampu bekerja sama dan beradaptasi, etika dan integritas, kemampuan berkomunikasi, menarik perhatian dan berempati, berpikir positif dan memunculkan ide baru, dls.
Hard-skill adalah kapabilitas yang setiap individu akan bawa ke dalam lingkungan sebaga core manfaat. Hard-skill setiap orang berbeda-beda, mereka akan saling melengkapi. Contohnya ada kemampuan berhitung, menganalisa, merancang, membangun, eksekusi, memasarkan, birokrasi, dls. Tinggal disesuaikan pada lingkup aktivitas bisnisnya.
Soft-skill vs Hard-skill
Topik ini masih cukup hangat dibilangan pasar SDM terkini. Hasil riset menunjukkan bahwa soft-skill seorang pelamar kerja berperngaruh 80%, sedangkan apa yang kita pelajari selama kuliah hanya dilirik 20% saja. Hal ini berlaku juga jika kita ingin 'melamar' menjadi wirausaha sukses, maksudnya usaha yang dibangun sukses ternyata dilatarbelakangi oleh entrepreneur yang soft-skill-nya mumpuni. Ingat, buka usaha itu bukan sekedar ada barang, tapi juga harus dijual.
Pengembagan soft-skill di ITS
Presiden BEM ITS, Dalu Nuzlul Kirom, dalam sambutannya memaparkan bahwa IP yang tertera dalam ijazah hanya akan mengantarkan kita sampai meja interview, selanjutnya ditentukan dari apa yang keluar dari mulut dan gerak-gerik kita selama berhadapan dengan interviewer. Menurutnya, tanpa SKEM pun harusnya mahasiswa antusias ikut ekstra ini-itu, toh ini untuk dirinya sendiri juga. Tentu tetap mengutamakan studi yang diambil.
Pembantu Rektor III, Prof. Suasmoro, yang menangani konsep SKEM di ITS ini memberikan alasan mengapa SKEM jadi penting diperhatikan, bagi mahasiswa dan institusi. Sebenarnya ini kemauannya stakeholder, ITS ini pabrik SDM. Pengembangan soft-skill pada teknisnya ITS membagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu: Penalaran dan Keilmuan, Minat dan Bakat, Organisasi dan Manajemen, dan Kepedulian Sosial.
Kesimpulan
Kita semua pasti ingin mempunyai ayah dan ibu pada waktu yang bersamaan, mohon maaf sebelumnya atas analogi saya bagi yang ayah/ibunya telah tiada. Begitulah Mr. & Mrs. Skill, mereka bisa jadi orang tua untuk membimbing kita menjadi manfaat bagi lingkungan.
Analogi lain, soft-skill adalah body, interior, dan aksesoris mobil sedangkan hard-skill adalah mesinnya. Percuma mesinnya canggih, kencang, irit, eco-friendly tapi memalukan untuk dinaiki karena body dan interiornya yang jelek. Kita pun tak mau jadi mobil yang bagus body dan interiornya, tapi sering mogok, boros bahan bakar, dan gak bisa ngebut.
No comments:
Post a Comment