Inilah yang coba Arief Yahya (AY) kemukakan dalam bukunya yang berjudul "Paradox Marketing: Unusual Way to Win". CEO Telekomunikasi Indonesia ini menjawab tantangan bisnis yang semakin dinamis saat ini, terutama menghadapi konsumen sebagai "target bergerak". Pertama, marketing itu bagaikan lokomotif sebuah perusahaan. Kedua, kepuasan konsumen sebagai bahan bakarnya ditentukan jika kebutuhannya dipenuhi. Bicara apa kebutuhan konsumen ini sangat abstrak.
Awalnya kita hanya mengenal 4P - product, place, promotion, place. Sekarang sudah jadi 8P - bertambah people, physical evidence, process, dan Purple Cow. Perkembangan teori inilah yang membuktikan bahwa marketing itu target bergerak, begitulah salah satu filosofi Paradox Marketing.
Salah satu dampak dari revolusi digital adalah Transparansi Dunia. Masih ingat saat Honda melakukan recall Jazz, Freed, dan City karena mereka sadar mobil-mobil tersebut ternyata mengandung cacat? Secara keuangan dan banyak hal mereka secara logika pasti rugi, tapi bayangkan jika Honda tidak melakukan recall? Konsumennya pasti akan kecewa dan inovasi apapun dari Honda kedepannya akan sia-sia.
Sebenarnya Paradox Marketing bukanlah sesuatu yang baru. AY menghimpun cerita dan pengalaman, di Telkom dan perusahaan lain, hingga menjadi sebuah konsep baru. Itulah Paradox Marketing, dengan bahasa yang mudah dimengerti, seperti "me-Retail-kan Wholesale" dimana yang kita tahu wholesale adalah lawannya retail. Buku ini tidak membiarkan Anda membuat tafsir sendiri, AY begitu jelas menggambarkan setiap inci dari Paradox Marketing.
Saya seorang mahasiswa S1, belum punya bisnis, geeks, dan saya mengerti isi buku ini. So, jangan takut kalau buku ini terlalu 'berat'.