*S: senior
*J: junior
S: “Dek, udah kenal
berapa temen-temennya?”
J: *diam*
S: “Terus ngapain ada 5
bulan?”
S: *backsound* “sibuk belajar mas! “gak penting mas!”
Kurang lebih begitulah
riuhnya suatu malam dimana mereka seharusnya memupuk mimpi setinggi bintang di
langit. Namun, bukan alasan senior melakukan semua itu, *katanya* untuk kader ‘kami’
yang lebih baik. Alhasil, mereka saling kenal dan begitu kompak, sampai…
beberapa dari mereka lebih memilih jabatan yang penghasilannya adalah
pengalaman. Senior pun jadi dikenal, setidaknya yang setia menggantikan saat
mereka seharusnya bermimpi.
Eh, sayang beribu sayang,
kini telah aku lewati tahun pertama, kini aku w-a-r-g-a. Sebuah predikat yang
ditandai dengan izin memakai jaket di kota terpanas di Indonesia. Semester 3,
disinilah mataku benar-benar terbuka.
Cukup bangga karena
teman-teman seperjuanganku dulu kini jadi elemen pengkaderan. Orang-orang yang
akan ‘membesarkan’ mahasiswa baru (maba) kurang lebih selama setahun untuk
nantinya menjadi warga yang baik. Bisa dibilang kayak orang tua atau guru, tapi
karena usia mungkin lebih cocok sebagai “kakak”.
Namun, bukan suatu hal
yang istimewa jika kita sekelas kuliah dengan mereka. Sama saja, mereka juga
mahasiswa. Sama tugas kuliah saja masih banyak ngeluhnya, dan jelas bukan lulusan S-1 apalagi Doktor atau
Profesor. Soal pemikiran pengembangan SDM, beberapa dari mereka sering
menyalahkan yang sudah lulus S-2.
“Pengkaderan”, inilah
kegelisahan sejak lama yang sebenarnya ingin aku tuliskan. Entah kenapa aku
merasa berbeda dengan kalian karena hal ini, hati nuraniku tak pernah
sepenuhnya setuju.
Elemen pengkaderan
biasanya cukup ‘gatel’ buat ikut acara-acara pengembangan SDM, seperti Latihan
Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) dengan berbagai tingkatannya.
Walaupun hanya ikut Pra-Tingkat Dasar, setahuku disitu diajari mengenai 4
fungsi mahasiswa, silahkan googling
sendiri apa saja, tapi jujur isinya bagus!.
Sampai akhirnya pada
suatu hari, kuis salah satu matakuliah meyakinkanku untuk menulis titisan emosi
ini. Waktu itu datang telat untuk kuis, sehingga aku kebagian duduk di bagian
paling belakang. Tiga puluh menit menuju waktu habis, kepalaku mulai bisa
melihat ke selain kertas soal dan jawaban. Tepat di depan mataku, teman-temanku
asik lihat-lihatan jawaban. Satu hal yang mengganjal bagiku saat itu, “Eh, bukannya dia itu elemen pengkaderan
ya?”. Sebenarnya masih banyak lagi kejadian-kejadian yang membuat aku bertanya,
inikah pengkaderan??
Jika pengkaderan itu
beralaskan kekeluargaan, siapkah kita punya pengaruh keluarga yang tidak jujur.
Seremeh itukah perkara kejujuran? Bagaimana nanti para sarjana yang lulusan
pengkaderan akan berkarir? Tak akan selesaikah masa keberadaan KPK?
Hidup ini adalah pilihan.
Study oriented itu pilihan. Organization Oriented itu pilihan. Social oriented itu pilihan. Kejujuran?
Tegakah kita jadian Ia pilihan? Itu pilihan Anda memilih jawaban Ya atau Tidak.
Elemen pengkaderan memang
bukan Nabi. Gak ada manusia yang sempurna, termasuk aku yang menumpahkan
kata-demi-kata disini. Aku bukan elemen pengkaderan, yang rapat hingga larut
malam.
“Kalian akan dihargai,
jika kalian menghargai hidup, termasuk kejujuran.”
“Kejujuran itu mata uang
dunia, tinggi nilai tukarnya. Barang mahal cuman
ada dua, kalo gak langka ya susah ngedapetinnya.”
“Teman yang sesungguhnya
adalah orang disekitarmu yang berani menyampaikan kesalahanmu…”
sipp.. nice
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJujur itu juga proses belajar ya, mas
ReplyDeleteMasih susah juga kadang kalo ngk nyontek.
#loh. hhe.
That's what I called "character". Mengutip kata2 Pak Anis Baswedan: IP tinggi hanya akan mengantarkan mu sampai wawancara kerja, tapi leadership akan mengantarkan mu sampai masa depan. Kalo ada yg msh berkarakter tidak jujur, pasti ada yang salah dgn pengkaderan, bukan? University should not only create future workers, but create future leaders! Good Writing, anyway!
ReplyDelete@Dina: Thank's :)
ReplyDelete@Gita: berhenti curang itu kayak berhenti ngerokok. Cara terbaiknya adalah "Berhenti Sesegera mungkin!". Kalo gak gitu, nanti Tuhan yg bakal negur, contohnya: ketahuan wo..o kamu ketahuan :P
@Cakson: Bener Pak, saya setuju. Mudah2an pengkaderan kita kedepannya berangsur berorientasi moral dan integrity. Thank's Sir :)
Mas, doakan kami.
ReplyDeleteSemoga di tahun kami nanti pengkaderan esensi nya lebih baik.
Walaupun itu gak mudah, jelas sulit merubah sistem yang kita gak punya kuasa penuh, tapi kita berhak berusaha. Nice Share.
http://rausyanfikr-site.blogspot.com/
@Haidar: Amin, good luck... Iya bener juga. Nice Comment...
ReplyDelete, waa, nice writing bro..., sekedar komen mungkin mental yang masih menjadi kendala dan halangan berat..,
ReplyDeletekeep writing,,,
@yoga: thank's bro. proses yg panjang pasti.. tapi step-by-step pasti bisa. keep struggling!
ReplyDelete