12/20/11

Pengkaderan yang Tertukar


*S: senior
*J: junior
S: “Dek, udah kenal berapa temen-temennya?”
J: *diam*
S: “Terus ngapain ada 5 bulan?”
S: *backsound* “sibuk belajar mas! “gak penting mas!”
Kurang lebih begitulah riuhnya suatu malam dimana mereka seharusnya memupuk mimpi setinggi bintang di langit. Namun, bukan alasan senior melakukan semua itu, *katanya* untuk kader ‘kami’ yang lebih baik. Alhasil, mereka saling kenal dan begitu kompak, sampai… beberapa dari mereka lebih memilih jabatan yang penghasilannya adalah pengalaman. Senior pun jadi dikenal, setidaknya yang setia menggantikan saat mereka seharusnya bermimpi.
Eh, sayang beribu sayang, kini telah aku lewati tahun pertama, kini aku w-a-r-g-a. Sebuah predikat yang ditandai dengan izin memakai jaket di kota terpanas di Indonesia. Semester 3, disinilah mataku benar-benar terbuka.
Cukup bangga karena teman-teman seperjuanganku dulu kini jadi elemen pengkaderan. Orang-orang yang akan ‘membesarkan’ mahasiswa baru (maba) kurang lebih selama setahun untuk nantinya menjadi warga yang baik. Bisa dibilang kayak orang tua atau guru, tapi karena usia mungkin lebih cocok sebagai “kakak”.
Namun, bukan suatu hal yang istimewa jika kita sekelas kuliah dengan mereka. Sama saja, mereka juga mahasiswa. Sama tugas kuliah saja masih banyak ngeluhnya, dan jelas bukan lulusan S-1 apalagi Doktor atau Profesor. Soal pemikiran pengembangan SDM, beberapa dari mereka sering menyalahkan yang sudah lulus S-2.
“Pengkaderan”, inilah kegelisahan sejak lama yang sebenarnya ingin aku tuliskan. Entah kenapa aku merasa berbeda dengan kalian karena hal ini, hati nuraniku tak pernah sepenuhnya setuju.
Elemen pengkaderan biasanya cukup ‘gatel’ buat ikut acara-acara pengembangan SDM, seperti Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) dengan berbagai tingkatannya. Walaupun hanya ikut Pra-Tingkat Dasar, setahuku disitu diajari mengenai 4 fungsi mahasiswa, silahkan googling sendiri apa saja, tapi jujur isinya bagus!.
Sampai akhirnya pada suatu hari, kuis salah satu matakuliah meyakinkanku untuk menulis titisan emosi ini. Waktu itu datang telat untuk kuis, sehingga aku kebagian duduk di bagian paling belakang. Tiga puluh menit menuju waktu habis, kepalaku mulai bisa melihat ke selain kertas soal dan jawaban. Tepat di depan mataku, teman-temanku asik lihat-lihatan jawaban. Satu hal yang mengganjal bagiku saat itu, “Eh, bukannya dia itu elemen pengkaderan ya?”. Sebenarnya masih banyak lagi kejadian-kejadian yang membuat aku bertanya, inikah pengkaderan??
Jika pengkaderan itu beralaskan kekeluargaan, siapkah kita punya pengaruh keluarga yang tidak jujur. Seremeh itukah perkara kejujuran? Bagaimana nanti para sarjana yang lulusan pengkaderan akan berkarir? Tak akan selesaikah masa keberadaan KPK?
Hidup ini adalah pilihan. Study oriented itu pilihan. Organization Oriented itu pilihan. Social oriented itu pilihan. Kejujuran? Tegakah kita jadian Ia pilihan? Itu pilihan Anda memilih jawaban Ya atau Tidak.
Elemen pengkaderan memang bukan Nabi. Gak ada manusia yang sempurna, termasuk aku yang menumpahkan kata-demi-kata disini. Aku bukan elemen pengkaderan, yang rapat hingga larut malam.
“Kalian akan dihargai, jika kalian menghargai hidup, termasuk kejujuran.”
“Kejujuran itu mata uang dunia, tinggi nilai tukarnya. Barang mahal cuman ada dua, kalo gak langka ya susah ngedapetinnya.”
“Teman yang sesungguhnya adalah orang disekitarmu yang berani menyampaikan kesalahanmu…”

9 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Jujur itu juga proses belajar ya, mas
    Masih susah juga kadang kalo ngk nyontek.
    #loh. hhe.

    ReplyDelete
  3. That's what I called "character". Mengutip kata2 Pak Anis Baswedan: IP tinggi hanya akan mengantarkan mu sampai wawancara kerja, tapi leadership akan mengantarkan mu sampai masa depan. Kalo ada yg msh berkarakter tidak jujur, pasti ada yang salah dgn pengkaderan, bukan? University should not only create future workers, but create future leaders! Good Writing, anyway!

    ReplyDelete
  4. @Dina: Thank's :)
    @Gita: berhenti curang itu kayak berhenti ngerokok. Cara terbaiknya adalah "Berhenti Sesegera mungkin!". Kalo gak gitu, nanti Tuhan yg bakal negur, contohnya: ketahuan wo..o kamu ketahuan :P
    @Cakson: Bener Pak, saya setuju. Mudah2an pengkaderan kita kedepannya berangsur berorientasi moral dan integrity. Thank's Sir :)

    ReplyDelete
  5. Mas, doakan kami.
    Semoga di tahun kami nanti pengkaderan esensi nya lebih baik.
    Walaupun itu gak mudah, jelas sulit merubah sistem yang kita gak punya kuasa penuh, tapi kita berhak berusaha. Nice Share.
    http://rausyanfikr-site.blogspot.com/

    ReplyDelete
  6. @Haidar: Amin, good luck... Iya bener juga. Nice Comment...

    ReplyDelete
  7. , waa, nice writing bro..., sekedar komen mungkin mental yang masih menjadi kendala dan halangan berat..,
    keep writing,,,

    ReplyDelete
  8. @yoga: thank's bro. proses yg panjang pasti.. tapi step-by-step pasti bisa. keep struggling!

    ReplyDelete