11/24/10

IT akan mati

Tulisan dibawah ini adalah essay yang saya paparkan dalam tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) tentang pendapat saya secara pribadi mengenai prediksi perkembangan teknologi informasi (IT, red) kedepannya sesuai referensi-referensi yang pernah saya dapatkan dan cara saya mencernanya.



I.                   Latar Belakang
      “Semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang pula angin menerpa. Saat pohon itu tumbang pun akan membuat guncangan yang begitu kuat.” Kira-kira itulah pengandaian yang pantas ditujukan kepada IT dan perkembangannya yang begitu pesat. Saat kita berkedip lalu sudah ada barang baru yang melayani dan memudahkan kehidupan kita, itulah IT. Tapi, dengan hal-hal yang memukau tersebut, justru saya selalu bertanya kapan IT ini akan mati? Walaupun saya sebenarnya bergelut dan banyak bergantung pada IT, secara langsung maupun tidak langsung.
      Dalam tulisan ini saya akan membahas bagaimana pandangan saya secara pribadi, mengacu pada referensi-referensi yang pernah saya dapatkan, terhadap perkembangan IT yang akhirnya akan berakhir dan juga apa saja dampak keberadaan IT di kehidupan sosial yang akhirnya pula mengakhiri kehidupan kita. Bicara soal masa depan dan akhir, saya memang bukanlah Tuhan. Tujuan saya adalah untuk memicu pola pikir kita yang kritis dan lebih berhati-hati dalam mengahadapi suapan pemasaran yang sulit untuk kita tolak dan abaikan.

II.                Apa yang akan terjadi berikutnya?
1.      IT akan mematikan pos konvensional
            Tahap perkembangan ini sudah sangat terasa saat ini. Perhatikan saja media cetak dan elektronik diisi salah satunya oleh penyedia jasa pengiriman, khusunya paket. Terlihat pula pada perusahaan pos kita (PT. Pos Indonesia) yang tetap ingin hidup dengan menjadikan kantornya tempat pelayanan publik untuk pembayaran pajak, listrik, telepon, dsb. Selain pembayaran yang menampung dari masyarakat, PT. Pos Indonesia dijadikan tempat distribusi bantuan langsung tunai (BLT) sebagai program pemerintah di bidang kesejahteraan rakyat. Hal-hal yang terkait pekerjaan PT. Pos Indonesia tersebut memang secara mata telanjang membuat kita berkata karena sudah jarang masyarakat memanfaatkan jasa pos, dan hal itu memang benar. Namun, PT. Pos Indonesia dimanfaatkan pula sebagai tempat pelayanan publik seperti yang dijelaskan sebelumnya adalah karena merekalah yang jangkauan jaringannya paling luas seluruh nusantara.
            Nah, sekarang mengapa saya prediksi Pos akan mati? Faktor utamanya adalah keberadaan telekomunikasi yang selalu sejajar berbanding lurus dengan perkembangan IT.
Awalnya suara bisa berpindah dan didengar tanpa batasan jarak, itulah Radio dan Telepon.
Lalu suara begitu pula dengan gambarnya bisa kita lihat tanpa batasan jarak dan waktu, suatu kejadian terjadi tadi pagi dan tak akan terulang lagi di suatu tempat. Namun, kita bisa tetap lihat dengan mata kepala kita dimalam hari jauh dari tempat kejadiannya.
Telegram telah tidur tenang kini, komunikasi tulisan yang populer dahulu kala yang memungkinkan manusia berinteraksi secara private, sebelum ada telepon.
            Komunikasi tulisan mungkin agak sulit untuk mati, tinggal jalannya saja yang akan terus bersaing untuk menjadi yang paling efisien dan efektif. Dulu orang-orang senang untuk bisa mengirimkan kartu lebaran, tapi kini ada SMS atau Telepon yang lebih murah, cepat, dan tepat.
            Sekarang orang sudah berhasil memindahkan suara dan gambar, bahkan 3 dimensi (seperti ada nyatanya di depan mata) ataupun hologram. Di sebuah media tentang teknologi pun diberitakan Jepang telah menciptakan teknologi yang bisa memindahkan aroma secara elektronik. Maka selanjutnya Pos konvensional akan mati dengan munculnya teknologi baru dimana yang dipindahkan secara elektronik adalah benda fisik, beberapa futuris menyebutnya Teleporter. Otomatis dengan matinya jasa pos dan pengiriman barang, akan berimbas pula pada jasa pengangkutan, transportasi, pergudangan, dan distribusi yang merupakan bagian-bagian dari rantai kegiatan bisnis sebuah jasa pengiriman paket.
2.      “Medical Doctor use IT, it’s a suicide.”
            Saat ini mungkin banyak orang berbangga dengan kelahiran bioinformatics, terutama para dokter yang telah ‘memperbudak’ banyak tenaga IT untuk membuat data biologis, fisis, dan kimiawi dapat lebih mudah diolah dengan disiplin komputasi.
            Nantinya sebelum komputer dan robot sepintar dokter dan tenaga medis, hanya akan tercipta sebuah modul teknologi yang memungkinkan dokter bekerja secara e, atau jarak jauh. Mungkin bentuk modulnya adalah sebuah kursi dengan tangan-tangan robot dan peralatan kedokteran bekerja sesuai perintah dari dokter jarak jauh terhadap pasiennya.
            Seiring berjalannya waktu, kemampuan teknologi akan selalu ditingkatkan. Dalam hal ini nantinya dokter hanya akan menjadi seorang project manager atau bahkan progammer dari sebuah produk bioinformatika. Komputer sudah akan mampu melakukan diagnosa penyakit, menghitung dosis pengobatan, hingga melakukan tindak lanjut medis berupa operasi. Itulah mengapa saya membuat prediksi IT akan mematikan profesi dokter secara konvensional.

III.             Lalu, kapan sesungguhnya IT akan mati?
            Saking hebatnya IT itu, dia sudah bagaikan Tuhan yang dapat melakukan apapun. Pesan saya ditengah-tengah tulisan ini adalah “Jangan bunuh diri! Kita ciptakan teknologi dengan kecerdasan kita, artinya kita lebih cerdas dari teknologi. Jika teknologi membunuh kita karena kita yang kurang perhitungan terhadap terciptanya teknologi tersebut, sama saja berarti kita bunuh diri.
            IT utamanya adalah membuat sesuatu dengan sesuatu lainnya terhubung. Artinya, ada secara fisik yang mengirim dan menerima (sender & receiver). Transmitter, media, dan receiver, semua itu adalah perangkat teknologi yang merupakan penghubung secara fisik. Perangkat-perangkat tersebut memerlukan listrik pada umumnya. Listrik adalah sebuah sumber daya yang sangat pokok dalam berjalannya sebuah kegiatan produksi teknologi, termasuk IT.
            Jadi, prediksi saya mengenai kematian IT adalah karena semakin berkurang dan mahalnya pasokan sumber daya pembangkit listrik sebagai moda utama hidupnya perangkat-perangkat teknologi. Saat listrik itu kehabisan sumber daya pembangkitnya, maka mati pula lah IT itu. Manusia dan kegiatan bisnisnya yang banyak bergantung pada IT akan mulai kebingungan bagaimana cara untuk tetap bertahan
            Maka mulai sekarang, gunakanlah segala kemudahan yang telah diberikan IT secara efektif dan efisien. Kita tentunya tidak ingin terlalu cepat kehilangan kenikmatan dan kemudahan ini. Selalu bersyukurlah pada Yang Maha Menciptakan sehingga kita dapat merasakan nikmat seperti ini. Jangan sampai apa yang telah kita dapat ini justru berbalik membuat kita menderita.

IV.             Kesimpulan
            Dahulu kita perlu menempuh perjalanan jauh jika ingin menyampaikan sebuah informasi secara private, atau membuat suara keras untuk menyampaikan suatu informasi yang bersifat publik. Lalu lahir tulisan yang setidaknya merepresentasikan apa maksud kita secara private melalui telegram, untuk distribusi informasi publiknya kita menemukan harian cetak. Ada kalanya tulisan tidak bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi perasaan yang diinginkan, maka lahirlah radio dan telepon yang bisa membuat penyampaian informasi lebih jelas. Tak hanya suara yang diantarkan, bahkan gambar bergerak pun ternyata lahir sebagai perkembangan IT.
            Sekarang, kita sudah merasakan itu semua sebagai kenikmatan atas kemudahan. Akan banyak lagi kenikmatan yang muncuk seiring semakin kompleksnya kehidupan sosial dan budaya manusia. Tinggal kita sebagai pribadi yang mulia diciptakan oleh Tuhan untuk tidak hanya terombang-ambing oleh ombak perubahan dan perkembangan itu.

No comments:

Post a Comment