11/22/10

Makhluk Menulis

Inspired by Rudi Santoso

Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk menghindari menulis. Sadar atau tidak, pikiran kita saja berbentuk tulisan (kebanyakan), disamping gambar dan suara. Kalimat saya ini memang agak sulit dicerna (mungkin), karena saya sendiri bingung bagaimana membentuk kalimat untuk merepresentasikan bayangan di otak saya.
Secara tidak langsung, implementasi dari bakat alami menulis yang sebenarnya kita miliki keluar dalam gaya komunikasi di lingkungan sosial kita sehari-hari. Gaya yang terbentuk tersebut dibentuk oleh lingkungan yang kita hadapi sehari-hari sesuai fase usia yang sedang kita tempuh, apakah saat masih kecil di TK dan SD, remaja di SMP dan SMA, dewasa sejak kuliah, sampai bahkan menginjak dunia karir. Pada setiap fase akan ada perubahan gaya komunikasi tersendiri, tergantung apa yang terrasakan pada fase tersebut. Intinya semua orang bisa menulis.
Sebenarnya yang akan membawa kita kepada pola pikir, sudut pandang, dan gaya komunikasi itu adalah suasana perasaan. Namun, suasana perasaan itu merupakan implikasi dari keadaan lingkungan. Misalkan seseorang ingin memaparkan idenya tentang suatu hal, maka gayanya saat orang itu sedang jatuh cinta atau memiliki uang yang sedikit akan berbeda dengan saat yang lainnya. Perhatikan saja apa yang ditulis teman-teman kita yang kita kenali juga masalahnya melalui facebook atau twitter.
Ide menulis bisa kita dapatkan dari mendengar, melihat, dan membaca. Lalu kita masih saja bingung apa yang harus kita dengar, lihat, dan baca untuk dijadikan ide menulis. Jawabanya adalah "yang kita sukai", "yang kita minati", atau bahkan "yang kita benci", intinya yang menyita perhatian kita dan memicu kita untuk memikirkannya secara mendalam bahkan unik. Satu kutipan yang saya lupa dari siapa, tapi begini isinya "Kita akan berpisah untuk waktu yang cukup lama, namun kamu akan tetap begini-gini saja sampai kita bertemu lagi. Kecuali orang-orang yang kamu temui dan buku yang kamu baca yang akan merubahmu."
Selama kita merasa dewasa dan waras, paparkan saja apa gagasan kita. Tidak ada dosa dalam menulis. SARA dan penjatuhan tentu sudah kita sadari sebagai hal buruk, sepatutnya kita tidak menyebarluaskan kepada publik jika berbau seperti itu. Menumbuhkan gaya menulis juga bisa melalui meniru gaya penulis-penulis opini terkenal. Sebaiknya jangan meniru gaya media massa yang komersial, karena di jaman sekarang ini media massa kebanyakan berorientasi rezim sebagai bisni dan menenggelamkan idealisme jurnalistik yang syarat akan sudut pandang yang tajam dan kritis.

No comments:

Post a Comment