Jika kita ditanya seberapa penting penampilan, mungkin beberapa dari kita akan menjawab penting jika kita adalah orang operasional, lalu mungkin juga beberapa akan menjawab tidak begitu penting sebagai orang teknis. Doktrin yang selama ini beredar, terutama bagi orang teknis, penampilan itu yang penting nyaman. Yak, benar sekali. Namun, lebih baik lagi kita menyamankan diri kita dengan situasi apapun karena orang seperti itulah yang akan lebih dicari dan bermanfaat bagi siapapun.
Penampilan fisik adalah salah satu dari image/citra diri kita bagi orang lain. Disamping itu terdapat sikap yang harus kita terapkan agar kita laku dipasaran terkain kapabilitas kita di bidang tertentu. Soalnya kita adalah manusia biasa, bukan robot ataupun mesin, situasi yang sedang meradang pada diri kita akan ikut menentukan performansi kinerja dan profesionalitas kita, melibatkan ataupun tidak melibatkan orang lain.
Bagi kita yang masih menganggap image tidak perlu terlalu diperhatikan, sadar atau tidak, kita selama ini lebih senang pada orang yang ganteng/cantik. Banyak orang dijauhi karena jorok. Mengapa begitu? Karena orang lain ingin merasa nyaman dan dihargai dimanapun ia berada. Lawan urusan kita merasa nyaman karena melihat kita niat untuk bertemu dengannya, artinya ia merasa dihargai.
Believing is buying, ini berhubungan dengan kapabilitas kita dan cara kita menjualnya kepada industri. Jika kita sakit dan datang ke sebuah rumah sakit, yakinkah kita untuk diobati dokter yang berdkitan tidak seperti layaknya dokter? Yakinkah kita akan membeli kosmetik dari orang yang tidak bisa berdandan? Bagi kita yang membuka diri pasti akan menjawb tidak.
Sekarang kita masuk pada bagaimana cara membangun citra/image pada diri kita. Pertama kenali dulu apa potensi kita, termasuk apa yang kita suka dan tidak suka. Lalu bulatkan apa yang kita tuju dan lakukan demi menuju kesana. Konsistenlah pada tujuan tersebut, jadikan itu sebagai citra diri kita yang sesuai. Bercitralah kita selayaknya mahasiswa, pengajar, pegawai, manager, jurnalis, montir, progammer, sales, office boy, sekretaris, seniman, musisi, EO, frontliner, atau apapun itu. Mudahkan orang lain untuk menebak apa kita ini sebenarnya. Seorang progammer bisa jadi hanya dianggap sebagai office boy karena karena ia tak mampu membangun image.
Tingkat intelektualitas dan kapabilitas kita bagi orang lain tergantung cara kita bersikap, berpenampilan, dan berlisan. "Tell me what you eat and I'll tell what you are.", begitulah pepatah orang barat. Kita memang akan 'menipu' orang lain dengan membangun image dan memanipulasinya sesuai tujuan kita dan kebutuhan industri. Menjadi ancaman sosial bagi kita jika manipulasi tersebut tidak dibarengi dengan kapabilitas kita.
Penampilan fisik adalah salah satu dari image/citra diri kita bagi orang lain. Disamping itu terdapat sikap yang harus kita terapkan agar kita laku dipasaran terkain kapabilitas kita di bidang tertentu. Soalnya kita adalah manusia biasa, bukan robot ataupun mesin, situasi yang sedang meradang pada diri kita akan ikut menentukan performansi kinerja dan profesionalitas kita, melibatkan ataupun tidak melibatkan orang lain.
Bagi kita yang masih menganggap image tidak perlu terlalu diperhatikan, sadar atau tidak, kita selama ini lebih senang pada orang yang ganteng/cantik. Banyak orang dijauhi karena jorok. Mengapa begitu? Karena orang lain ingin merasa nyaman dan dihargai dimanapun ia berada. Lawan urusan kita merasa nyaman karena melihat kita niat untuk bertemu dengannya, artinya ia merasa dihargai.
Believing is buying, ini berhubungan dengan kapabilitas kita dan cara kita menjualnya kepada industri. Jika kita sakit dan datang ke sebuah rumah sakit, yakinkah kita untuk diobati dokter yang berdkitan tidak seperti layaknya dokter? Yakinkah kita akan membeli kosmetik dari orang yang tidak bisa berdandan? Bagi kita yang membuka diri pasti akan menjawb tidak.
Sekarang kita masuk pada bagaimana cara membangun citra/image pada diri kita. Pertama kenali dulu apa potensi kita, termasuk apa yang kita suka dan tidak suka. Lalu bulatkan apa yang kita tuju dan lakukan demi menuju kesana. Konsistenlah pada tujuan tersebut, jadikan itu sebagai citra diri kita yang sesuai. Bercitralah kita selayaknya mahasiswa, pengajar, pegawai, manager, jurnalis, montir, progammer, sales, office boy, sekretaris, seniman, musisi, EO, frontliner, atau apapun itu. Mudahkan orang lain untuk menebak apa kita ini sebenarnya. Seorang progammer bisa jadi hanya dianggap sebagai office boy karena karena ia tak mampu membangun image.
Tingkat intelektualitas dan kapabilitas kita bagi orang lain tergantung cara kita bersikap, berpenampilan, dan berlisan. "Tell me what you eat and I'll tell what you are.", begitulah pepatah orang barat. Kita memang akan 'menipu' orang lain dengan membangun image dan memanipulasinya sesuai tujuan kita dan kebutuhan industri. Menjadi ancaman sosial bagi kita jika manipulasi tersebut tidak dibarengi dengan kapabilitas kita.
No comments:
Post a Comment