Survei DMJ ke Telkom Surabaya
Telkom Solution House (TSH), Ketintang, Surabaya |
Pihak Telkom menerima kami cukup baik, kami diberikan penjelasan oleh Bu Tatik dan Pak Hidayat. Saya tidak akan banyak menceritakan penjelasan teknis yang kami dapat, tapi beberapa pembelajaran baru yang belum tentu didapat di kampus. Inilah enaknya ke lapangan, ternyata berbeda jauh dari sekedar cerita di kampus, walaupun tidak kontras.
Begitu bertemu Bu Tatik pertama kali, tidak ada tampang orang teknis sama sekali, Ia orang marketing. Namun, begitu kita bilang kita butuh topologi jaringan, Ia langsung minta kertas dan sekejap kertas putih polos terisi gambar topologi jaringan yang di-provide Telkom untuk pelanggan kelas korporasi. Contohnya VPN IP, Metro-E, dan AstiNet. Walaupun di kuliah sudah pernah dijelaskan, tapi disitu saya baru ngeh maksudnya public network dan private network.
Private network adalah pembuatan jaringan berupa 'jalan pribadi' bagi suatu perusahaan -contohnya-, hanya bisa dimasuki dan dilewati oleh internal perusahaan. Produk-produk jaringan yang sudah saya sebutkan tadi disebut juga jasa link ke backbone Telkom. Sebagai contoh, jaringan internal perusahaan bukan dioper melalui internet ataupun server sendiri secara langsung, tapi ke Telkom dulu melalui titik-titik backbone-nya. Bayangkan saja jika transaksi internal perusahaan yang besar dan luas harus dilewatkan internet, harus berbagi bandwith dengan siapapun dan jelas tidak aman.
Selanjutnya kami diajak ke Telkom Solution House, semacam showroom berbagai produk unggulan Telkom. Seperti Video Conference, Telepresence, Groovia IPTV, Speedy Monitoring, dll. Kami ditunjukkan peta backbone Telkom. Pak Hidayat membuktikan bahwa Telkom-lah yang memang mempunyai jaringan reliable skala nasional.
Peta Backbone Telkom |
Melihat peta backbone, untuk koneksi keluar negeri Telkom bekerja sama dengan Singapur dan Hong Kong. Pertanyaan saya, kenapa tidak dibangun ke Australia? Ternyata selama ini yang menyebabkan kenapa Indonesia tidak bisa jadi titik backbone internet dunia pun karena masalah politik luar negeri yang belum 'sangar'. Indonesia belum mampu memperoleh kepercayan dunia internasional. Jadi, sabar saja jika download dari luar negeri kita masih lambat tidak seperti di Taiwan atau Jepang.
Kami begitu beruntung mendapatkan Bu Tatik dan Pak Hidayat yang sedianya orang marketing menjelaskan tentang jaringan. Pembelajaran yang sepulang dari sana saya petik adalah, soft-skill ternyata memang tidak bisa terpisahkan dengan hard-skill, saya pernah post tentang hal tersebut sebelumnya.
Pesan Pak Hidayat sebelum pulang buat 'anak komputer' seperti kami sebagai berikut:
"Produk yang saya jual ini -VPN IP, AstiNet, Metro-E- itu cuman pipa, bisnis kecil. Perhatikan, siapa yang memberikan kehidupan, pipa atau air? Jelas airnya. Aku cuman pesen ke kalian, kuliah yang bener, buat kreatifitas, bikin aplikasi-aplikasi yang benefit."Betapa beruntungnya, memang begitulah yang dijanjikan dan dikonsep jurusan sistem informasi. "They built IT, we make fortune from it."